
Harga Kelapa Meroket: Dari Rp10.000 ke Rp25.000 per Butir
Awal tahun 2025 menjadi masa yang mengejutkan bagi pelaku pasar dan masyarakat umum. Harga kelapa bulat di Indonesia melonjak drastis, bahkan menyentuh angka Rp25.000 per butir, padahal sebelumnya hanya berkisar di angka Rp10.000. Kenaikan harga ini terjadi secara merata di berbagai daerah, terutama menjelang bulan Ramadan dan Lebaran yang secara historis memang meningkatkan permintaan.
Lonjakan ini bukan sekadar tren musiman. Berdasarkan laporan CNN Indonesia, penyebab utama adalah melonjaknya permintaan ekspor, terutama ke negara-negara seperti China, Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Negara-negara ini menjadi tujuan utama ekspor kelapa bulat Indonesia, dengan Tiongkok menyerap hingga 68.065 ton dari total 71.077 ton ekspor kelapa pada Januari–Februari 2025 (data Badan Pusat Statistik).
Industri Dalam Negeri Menjerit
Di balik angka ekspor yang membanggakan, ada masalah serius yang mengintai. Kelangkaan bahan baku kelapa menyebabkan industri pengolahan kelapa dalam negeri terguncang. Produsen minyak kelapa, kopra, santan, hingga virgin coconut oil (VCO) mulai mengurangi produksi, dan sebagian bahkan menghentikan operasional. Dalam beberapa kasus, terjadi pemutusan hubungan kerja karena perusahaan tak sanggup menanggung biaya operasional yang membengkak akibat mahalnya bahan baku.
Respons Pemerintah: Evaluasi Kebijakan Ekspor
Menanggapi krisis ini, Kementerian Perdagangan langsung mengadakan pertemuan dengan para eksportir dan pelaku industri kelapa. Pemerintah menyadari bahwa ketidakseimbangan antara ekspor dan kebutuhan domestik telah menyebabkan gejolak pasar. Salah satu solusi yang sedang digodok adalah pengendalian ekspor dan pemberlakuan sistem kuota agar pasokan dalam negeri tetap terjaga.
Kesimpulan: Antara Peluang dan Ancaman
Harga kelapa yang melambung memang membuka peluang besar dari sisi ekspor. Namun, jika tidak diatur dengan baik, hal ini justru akan menjadi boomerang bagi industri dalam negeri dan masyarakat sebagai konsumen. Pemerintah kini dihadapkan pada tantangan besar untuk menyeimbangkan kepentingan ekonomi nasional dengan kebutuhan domestik.
Langkah strategis, seperti peningkatan produksi dan penguatan regulasi ekspor, menjadi kunci agar Indonesia tidak hanya menjadi eksportir sukses, tetapi juga mampu menjaga stabilitas pasar di dalam negeri.