
Donald Trump, Kembali Memanaskan Tensi Perang Dagang antara AS dan China, Dunia Bersiap Hadapi Dampaknya
Latar Belakang: Perang Dagang Makin Panas
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali memanaskan tensi perang dagang antara AS dan China dengan menaikkan tarif impor terhadap produk-produk asal China hingga 245%. Kebijakan ini diumumkan pada pertengahan April 2025 sebagai langkah strategis dalam memperkuat posisi Amerika di tengah konflik dagang berkepanjangan yang sudah berlangsung selama beberapa tahun. Trump menilai bahwa langkah ini diperlukan untuk “melindungi kepentingan nasional dan memperbaiki ketimpangan perdagangan yang merugikan Amerika.”
Rincian Alasan di Balik Kenaikan Tarif
Kenaikan tarif ini tidak dilakukan sembarangan. Terdapat tiga alasan utama yang dikemukakan Trump:
-
125% tarif tambahan sebagai bentuk pembalasan terhadap tarif yang telah lebih dulu dikenakan oleh China terhadap produk AS.
-
Tambahan 20% dikenakan sebagai hukuman atas kegagalan China menindak penyelundupan fentanil ke AS—obat terlarang yang berkontribusi besar terhadap krisis opioid di Amerika.
-
Kenaikan tarif antara 7,5% hingga 100% diberlakukan berdasarkan Pasal 301 yang berkaitan dengan praktik perdagangan tidak adil.
Selain itu, Trump menandatangani perintah eksekutif untuk menyelidiki ketergantungan AS terhadap mineral langka dari China yang dinilai berisiko bagi keamanan nasional.
Strategi Global: Mengisolasi China
Washington mendorong lebih dari 70 negara mitra dagangnya untuk mengikuti jejak AS dengan membatasi aktivitas perusahaan China dan mencegah China mencari “jalur belakang” untuk masuk ke pasar global. Langkah ini disebut sebagai strategi untuk mengisolasi ekonomi China secara bertahap.
🇨🇳 Tanggapan Keras dari Beijing
Pemerintah China langsung merespons dengan menaikkan tarif terhadap produk AS hingga 125%. Kementerian Keuangan China mengecam langkah AS sebagai tindakan “unilateral dan koersif” yang bertentangan dengan prinsip Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Dampak Ekonomi: Harga Naik, Pasokan Terganggu
Kebijakan Donald Trump ini menimbulkan efek domino. Di AS, banyak pelaku bisnis mengalami lonjakan biaya produksi akibat naiknya harga bahan baku impor dari China. Konsumen pun harus membayar lebih mahal untuk barang-barang elektronik, tekstil, hingga komponen otomotif. Sementara itu, eksportir China kehilangan sebagian besar akses ke pasar AS, yang merupakan pasar ekspor terbesar kedua bagi mereka.
Kebijakan ini menjadi sinyal bahwa ketegangan dagang dua raksasa dunia belum akan mereda, dan kemungkinan besar akan membawa pengaruh besar terhadap stabilitas ekonomi global ke depannya.