
Bangka Tengah, 14 Juli 2025 — Tragedi longsor di area tambang rakyat di Desa Lubuk Besar, Kecamatan Lubuk Besar, Kabupaten Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung, berakhir dengan kabar duka. Semua korban yang sebelumnya tertimbun akhirnya ditemukan, namun dalam kondisi tidak bernyawa.
Proses Evakuasi Berlangsung Dramatis
Proses evakuasi dimulai sejak Jumat (12/7). Tim gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, BPBD, dan relawan masyarakat terlibat langsung. Longsor terjadi karena runtuhnya dinding tambang timah dan menimbun tujuh orang penambang.
Setelah lebih dari dua hari pencarian tanpa henti, seluruh korban berhasil dievakuasi pada Minggu sore (14/7). Mereka ditemukan di dalam lubang tambang sedalam sekitar 15 meter.
“Korban terakhir ditemukan pukul 16.45 WIB dalam kondisi meninggal dunia. Semua tujuh korban telah dievakuasi,” kata Kepala Basarnas Pangkalpinang, I Made Oka Astawa.
Identitas Korban dan Kondisi Lokasi
Para korban diketahui adalah warga sekitar. Mereka menggantungkan hidup dari aktivitas tambang rakyat. Seluruhnya bekerja sebagai penambang harian di lokasi tersebut.
Jenazah korban langsung dibawa ke Puskesmas terdekat untuk proses identifikasi. Setelah itu, mereka diserahkan kepada pihak keluarga.
Lokasi tambang berada di wilayah terpencil. Medannya terjal dan sulit dijangkau kendaraan berat. Proses evakuasi diperumit oleh cuaca buruk dan struktur tanah yang labil. Petugas harus menggunakan alat berat serta pompa penyedot air untuk membantu evakuasi.
Pemerintah Daerah: Tambang Ilegal Akan Ditertibkan
Bupati Bangka Tengah, Algafry Rahman, menyampaikan belasungkawa. Ia berjanji akan menindak tegas aktivitas tambang ilegal yang membahayakan warga.
“Kami akan melakukan pendataan ulang tambang rakyat dan mengambil langkah hukum terhadap yang tidak memiliki izin,” ujarnya.
Selain itu, pemerintah daerah akan memberikan bantuan dan pendampingan psikologis kepada keluarga korban.
Desakan Regulasi Tambang Rakyat
Peristiwa ini kembali menimbulkan desakan agar pemerintah segera menata ulang tambang rakyat. Minimnya regulasi serta lemahnya pengawasan dianggap sebagai pemicu utama kecelakaan tambang.
Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) Bangka Belitung menyebut kejadian ini sebagai bukti bahwa tambang tanpa pengaturan hanya menjadi jebakan maut.
“Tambang rakyat perlu diatur dengan baik agar keselamatan warga tidak lagi dikorbankan,” ujar perwakilan JATAM.
Penutup
Dengan ditemukannya seluruh korban dalam keadaan meninggal dunia, tragedi ini menambah daftar panjang kecelakaan tambang di Indonesia. Pemerintah diminta untuk segera melakukan penataan menyeluruh agar peristiwa serupa tidak terulang.
Semua pihak berharap agar kejadian ini menjadi pelajaran penting. Penambangan rakyat harus lebih manusiawi dan aman demi melindungi nyawa para pencari nafkah di sektor ini.