Fenomena Membludaknya Pelamar PPSU

Pada tahun 2025, sejumlah wilayah di Indonesia mencatat lonjakan tajam jumlah pelamar untuk posisi Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU). Jabatan ini, yang sebelumnya sering dianggap sebagai pekerjaan berisiko dengan beban kerja tinggi, kini menjadi rebutan banyak pencari kerja. Hal ini menunjukkan adanya perubahan pola pikir masyarakat, di mana pekerjaan sektor publik kini dipandang sebagai sumber penghasilan yang lebih stabil dibanding sektor informal atau swasta yang penuh ketidakpastian.

Lonjakan pelamar PPSU bukan kasus tunggal. Fenomena serupa juga terlihat dalam rekrutmen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), serta petugas pengawas Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk pemilu. Peningkatan jumlah pelamar pada sektor-sektor ini mempertegas kondisi sulitnya lapangan kerja di Indonesia saat ini.

1. Kurangnya Lapangan Kerja sebagai Faktor Utama

Pengamat ketenagakerjaan dari Universitas Gadjah Mada, Tadjuddin Noer Effendi, menyebutkan bahwa membludaknya pelamar disebabkan oleh terbatasnya ketersediaan lapangan kerja, khususnya bagi lulusan baru dan pekerja usia muda. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2024, tingkat pengangguran terbuka (TPT) mencapai 4,82%, yang setara dengan sekitar 7,2 juta orang menganggur.

Masalah ini diperparah oleh arah pertumbuhan industri nasional yang cenderung padat modal dan bukan padat karya. Banyak sektor industri lebih mengandalkan teknologi dan otomatisasi dibanding merekrut tenaga kerja manusia. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi yang dicapai tidak berbanding lurus dengan penciptaan lapangan kerja yang cukup.

2. Respons Pemerintah dan Tantangan ke Depan

Menanggapi situasi ini, pemerintah menetapkan target penciptaan 198 juta lapangan kerja hingga 2045. Berbagai program telah diluncurkan, seperti pelatihan vokasi, bursa kerja digital, hingga dorongan bagi generasi muda untuk menguasai teknologi digital. Namun, tantangan besar masih menghadang: minimnya kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah, lambatnya adaptasi kurikulum pendidikan terhadap pasar kerja, dan ancaman disrupsi digital seperti otomatisasi serta kecerdasan buatan.

3. Kesimpulan

Membludaknya pelamar PPSU adalah cerminan nyata krisis lapangan kerja di Indonesia. Meski pemerintah telah bertindak, hasilnya belum cukup untuk mengatasi masalah ini. Diperlukan strategi menyeluruh yang melibatkan pendidikan, industri padat karya, dan ekosistem digital yang inklusif.